Sunday, 27 May 2018

fungsi pengerakan


MAKALAH
FUNGSI PENGGERAKAN
PERMASALAH KOMUSIKASI DI PERUSAHAAN PT GOLDEN CASTLE
MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
Ashri Hidayati SH., M.Pd. I







Kelompok : 9

Namia fauziyah :  2103 0804 17 1046
Saepul Rohman : 2103 0804 17 1069

PRODI PERBANKAN SYARIAH
FAKULATAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2018



KATA PENGANTAR


            Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih karunia-Nya makalah fungsi manajemen: actuating (penggerakan) yang dibimbing oleh  Ashri Hiadayati SH., M.Pd. I  ini dapat diselesaikan sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan. 
            Makalah ini berisi tentang pengertian actuating (penggerakan), fungsi dan peranan actuating, pengaplikasian actuating dalam pendidikan, serta pentingnya actuating dalam organisasi. 
            Kami menyadari bahwa Allah sumber segala ilmu pengetahuan sehingga kami merasa memiliki kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami membutuhkan saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. 
Bandung


Penyusun        



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3    Manfaat Penelitian........................................................................... 3
BAB II TEORI
                   2.1     Teori – Teori  Penggerakan.............................................................. 4
                   2.2     Teori-Teori Motivasi......................................................................... 4
                   2.3     Teori Motivasi Kepuasan................................................................. 4
2.4    Pengertian (Penggerakan)................................................................ 13
2.5   Fungsi dan Peranan Actuating (Penggerakan)................................ 13
2.6   Macam Macam Penggerakan ..........................................................  15
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Contoh Kasus ...................................................................................  17
3.2 Saran dan Penyelesaian...................................................................... 17
BAB IV PENUTUP
 Simpulan................................................................................................ 18
 Saran...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN 

1.1   Latar Belakang Masalah
            Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari berbagai pengamat dan analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu pendidikan kita mengalami peningkatan secara merata.
1.      Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratissentralistik, sehingga meningkat sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada keputusan birokrasi-birokrasi. Ketiga, minimnya peranan masyarakat khususnya orang tua sisiwa dalam penyelenggaraan pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan sebatas pendukung dana, tapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti mengambil keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah tidak memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat/orang tua sebagai stake holder yang berkepentingan dengan pendidikan. Keempat, krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah yang cenderung tidak demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah terhadap guru atau birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah. 
2.      Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas.
3.      Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilakubawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuanorganisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil kepurusan maka akan mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan anatara pemimpin dan yang dipimpin. Salah satu solusinya adalah dengan dikeluarkannya UU no.32 tahun 2004 yaitu undang-undang otonomi daerah yang kemudian diatur oleh PP no. 33 tahun 2004 yaitu adanya penggeseran kewenangan dan pemerintah pusat ke pemda dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan kecuali agama, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal. Pemberian otonomi tersebut dimaksudkan agar lembaga sekolah memiliki kebebasan dan kemandirian mengelola lembaganya agar mampu berkembang sesuai dengan potensi dan kekhususan-kekhususan yang dimiliki daerah serta memiliki relevansi yang tinggi dan kemanfaatan optimal bagi pembangunan di daerah. Pemberian otonomi demikian dengan segala implikasinya dianggap merupakan langkah maju yang bertujuan untuk menciptakan efektifitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dengan bersumber kepada pemanfaatan potensi, kekhasan, dan kreativitas dari para penyelenggara pendidikan di daerah. Implementsi otonomi sekolah ini juga salah satunya tercermin dengan diberlakukannya UU No. 20/2005 yang memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai ganti dari Kurikulum 2004. Dengan adanya amanat otonomi dari undang- undang tersebut perangkat manajemen di sekolah bukan lagi sekedar sebagai pelaksana dari birokrasi pusat sebagaimana era sebelumnya, melainkan berposisi sebagai agen yang mandiri yang bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah sesuai dengan tugas dan fungsi manajemen (planning, organizing, actuating, controlling) dengan memperhatikan potensi dan kekhasan yang dimiliki. Namun, pada pembahasan kali ini peneliti hanya membahas mengenai actuating (penggerakan).[1]


1.2   Rumusan Masalah
1.      Teori – Teori  Penggerakan
2.      Teori menegenai  Motivasi
3.      Teori Motivasi Kepuasan
4.      Pengertian (Penggerakan)
5.      Fungsi dan Peranan Actuating (Penggerakan)
6.      Pengaplikasian Actuating dalam Pendidikan
7.      Pentingnya Actuating dalam Organisasi
8.      Macam-Macam Penggerakan
1.3   Manfaat Penelitian
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai actuating (penggerakan). 
2.      Lebih meningkatkan jiwa manajemen pada diri mahasiswa melalui actuating (penggerakan).














BAB II
TEORI

2.1          Teori – Teori  Penggerakan
Kemampuan seorang manajer untuk memotivasi dan mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi akan menentukan efektifitas manajer. Dan ini bukan satu-satunya factor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Manajer yang dapat melihat motivasi sebagai suatu system akan mampu meramalkan perilaku dari bawahannya.
2.2     Teori-Teori Motivasi
      Untuk dapat memahami tentang motivasi dalam manajemen ini, akan dikemukakan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan);  Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);  Teori Clyton Alderfer (Teori ERG);  Teori Herzberg (Teori Dua Faktor);  Teori Keadilan;  Teori Penetapan Tujuan;  Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan);  Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (Dikutip dari berbagai sumber Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono, 183-190, Fred Luthan, 140-167)
            Dari berbagai teori motivasi sebagaimana tersebut diatas, maka secara sederhana dapat dikelompokan menjadi 3(tiga) tema besar, yaitu Teori Kepuasan (Content Theory), Teori Proses (Process Theory), dan Teori Perilaku (Reinforcement Theory).
2.3     Teori Motivasi Kepuasan
            Teori ini berdasarkan pada factor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang membuat mereka melakukan aktivitasnya, jadi mengacu kepada diri seseorang. Teori ini mencoba mencari tahu kebutuhan apa yang dapat memuaskkan dan mendorong semangat kerja seseorang. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan, akan semakin giat pula seseorang bekerja.Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman factor-faktor yang ada didalam individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu. Kebutuhan tertentu yang mereka rasakan akan menetukan tindakan yang mereka lakukan, yaitu para individu akan bertindak untuk memuaskan kebutuhan mereka.
Termasuk dalam teori kepuasan ini ada 4 (empat) teori penting yang perlu diperhatikan salah satunya, yaitu :
§  Teori Motivasi Taylor
            Menurut teori ini, motivasi bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis, yaitu mempertahankan kelangsungan hidup saja.
§  Teori Kebutuhan Berprestasi dari McClelland (McClelland’s Achievement Motivation Theory)
            Teori McClelland atau biasa disebut sebagai Teori Kebutuhan Berprestasi dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Achievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.
Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi  merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan. Hal ini dikatakan :
“Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,  memanipulasi, atai mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuatu kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai perfprma puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga cirri umum, yaitu :
1.      sebuah prefensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
2.      menyukai situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena factor-faktor lain seperti kemujuran;
3.      menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka.
McClelland dalam teorinya menyatakan bahwa banyak kebutuhan diperoleh dari kebudayaan. Terdapat 3 kebutuhan dari teori ini, yaitu :
1.      Kebutuhan akan prestasi (need for achievement, n-ach)
2.      Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation, n-aff)
3.      Kebutuhan akan kekuasaan (need for power, n-pow)

            Menurut Achievement Motivation Theory, seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan suatu aktivitas apabila kativitas tersebut menuntut tantangan intelektual dengan tingkat kesukaran yang dapat diatasi melalui usaha keras. Demikian juga halnya motivasi mahasiswa dalam meningkatkan aktivitas belajarnya. Apabila mahasiswa mempersepsikan bahwa ia tidak memiliki kemapuan untuk belajar dengan baik, maka hal ini menjadi factor penghambat bagi dirinya untuk termotivasi.
            Menurut Exectancy Theory of Motivation, seseorang akan termotivasi perilakunya apabila ia mempunyai keyakian bahwa ia akan mampu melakukan tugas dan keberhasilannya menyelesaikan tugas tersebut memberikan suatu yang bermakna bagi dirinya.
            Karena itu, menurut Edwards dan Atkinson, maka seorang mahasiswa akan terdorong meningkatkan belajarnya apabila ia memiliki keyakinan bahwa ia mampu melaksanakan kegaitan pembelajaran dnegan baik, dan ia melihat bahwa keberhasilan dalam prestasi akademiknya memberikan arti atau makna penting bagi dirinya, entah itu makna yang berkaitan dengan materi, sosial, maupun psikologis.
Dari teori ini dapat disimpulakn bahwa apabila kebutuhan seseorang sangat mendesak, maka kebutuhan itu akan memotivasi seseorang untuk berusaha keras memenuhinya.
§  Teori Dua-Faktor dari Herzberg (Herzberg Two-Factor Theory)
            Dua factor ini dinamakan factor yang membuat orang tidak puas dan factor yang membuat orang merasa puas (dissatifiers-satisfiers) atau factor yangmembuat orang merasa sehat dan factor yang memotivasi orang (hygiene-motivation) atau ekstrinsik dan intrinsic (extrinsic-intrinsic).
Teori ini diuji dengan melibatkan sekelompok orang yang terdiri dari 200 orang akuntan dan ahli mesin.
Ø  Teori Motivasi Proses
            Teori ini adalah merupakan teori yang digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan (energize) mengarahkan (direct), memelihara (maintain) dan mengentikan (stop) perilaku individu. Dalam teori proses ini terdapat 4 teori penting, yaitu :
Ø  Teori Harapan (Expectancy Theory)
            Teori harapan dipelopori oleh Victor H. Vroom, dalam bukuny yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseoeang menginginkan sesuatau dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Dikalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannya itu.
Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
Ø  Teori Keadilan
            Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu :
§  Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
§  Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
1.      Harapannya tentang jumlah imnalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaaan dan pengalamannya;
2.      Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannya relative sama dengan yang bersangkutan sendiri;
3.      Imbalan yang diterima oleh pegawai lain diorganisasi lain dikawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
4.      Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas dibagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidak adilan timbul apalagi meluas dikalangan para pegawai.
Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negative bagi organisasi, seperti ketidak puasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi yang lain.
Ø  Teori Edwin Locke tentang Penetapan Tujuan (Edwin Lock’s Goal Setting Theory)
            Teori penetapan tujuan (goal setting theory) dicetuskan oleh Edwin Locke. Ia mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
Ø  Teori Disonans Kognitif (Cognitive Dissonance Theory)
            Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas dimuka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi eksternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai factor diluar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
            Dalam hal ini berlakulah apa yang dikenal dengan “hukup pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan menggelakkan perilaku yang mengakibatkan perilaku yang mengakibatkan timbul konsekuensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru ketik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru ketik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji ayng dipercepat. Karena juru ketik tersebut menyenangi konsekuensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya denganbelajar menggunakan computer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekuensi positif lagi dikemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapatkan teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagai konsekuensi negative perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya ditempat tugas. Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetapi memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
Ø  Teori Perilaku (reinforcement theory)
            Teori perilaku biasa disebut dengan nama Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”). Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi),
R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain), dan
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
            Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hirarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “Relatedness” senada dengan hirarki, kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization”Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasanny secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
1.      Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
2.      Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
3.      Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
            Tampaknya pandangan ini, hemat penulis, didasarkan kepada sifat pragmatism oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan system motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakatan dikalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu.
            Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengauhi oleh berbagai factor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada factor internal adalah :
·           persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
·           harga diri;
·           harapan pribadi;
·           kebutuhan;
·           keinginan;
·           kepuasan kerja;
·           prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan factor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
·           jenis dan sifat pekerjaan;
·           kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
·           organisasi tempat bekerja;
·           situasi lingkungan pada umumnya;
·           system imbalan yang berlaku dan cara penerapannya[2]













2.4    Pengertian (Penggerakan)
            Didalam bahasa Inggris, ada lima istilah yang artinya hampir sama tetapi maknanya berbeda untuk pengeritan “menggerakan orang lain”, seperti dijelaskan berikut ini.
1.      Directing, yakni menggerakan orang lain dengan memberikan berbagai pengarahan,
2.      Actuiting, yakni menggerakan orang lain dalam artian umum,
3.      Leading, yakni menggerakan orang lain dengan cara menempatkan diri dimuka orang-orang yang digerakan, membawa mereka ke suatu tujuan tertentu serta memberikan contoh-contoh,
4.      Commanding, yakni menggerakan orang lain disertai unsur paksaan,
5.      Motivating, yakni menggerakan orang lain dengan terlebih dahulu memberikan alasan-alasan mengapa hal itu harus dikerjakan.
            Dari lima pengertian pengarahan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pengarahan merupakan aspek hubungan manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien untuk mencapai tujuan.
            Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penggerakan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika
1.      merasa yakin akan mampu mengerjakan.
2.      yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya.
3.      tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak.
4.      tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
5.      hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.[3] 
2.5    Fungsi dan Peranan Actuating (Penggerakan)
            Pertama, adalah melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing) dan komunikasi (communication) (Nawawi, 2000:95). Dijelaskan pula bahwa pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga/mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi. Kedua, penggerakan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. 
1.      Pengaplikasian Actuating dalam Pendidikan
            Adalah pengarahan dan pemotivasian seluruh personil pada setiap kegiatan pendidikan di sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya. Kegiatan pendidikan tersebut yakni sebagai berikut: 1. Manajemen kurikulum, 2. Manajemen ketenagaan pendidikan (kepegawaian), 3. Manajemen peserta didik, 4.Manajemen sarana dan prasarana, 5. Manajemen keuangan/pembiayaan pendidikan, 6. Manajemen administrasi perkantoran, 7. Manajemen unit-unit penunjang pendidikan, 8. Manajemen layanan khusus pendidikan, 9. Manajemen tata lingkungan dan keamanan, 10. Manajemen hubungan dengan masyarakat, (Mulyono, 2008:168-170). 
2.        Pentingnya Actuating dalam Organisasi
            Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.[4]

2.6 Macam-Macam Penggerakan
            Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan diharapkan tindak menyimpang dari prinsip-prinsip dimuka.
Adapun macam-macam pengarahan yang dilakukan dapat berupa :
1.      Orientasi
            Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Pada umumnya, orientasi ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan pengertian tentang berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Dengan demikian, orientasi ini perlu juga diberikan kepada pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan peranannya.
2.      Perintah
            Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal dari atasan, dan ditunjukan kepada para bawahan; atau dapat dikatakan bahwa aus perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada orang lain yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang berada dibagian lain.
3.      Delegasi Wewenang
            Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan. Kaitannya dengan macam-macam penggerakan yang merupakan proses penggerakan adala memberikan perintah, petunjuk, pedoman dan nasehat serta keterampilan dalam berkomunikasi. Penggerakan merupakan inti daripada manajemen yaitu menggerakan untuk mencapai hasil, sedang inti dari penggerakan adalah leading, harus menentukan prinsip-prinsip efisiensi, komunikasi yang baik dan prinsip menjawab pertanyaan :
§  Who (siapa)
§  Why (mengapa)
§  How (bagaimana)
§  What (apa)
§  When (kapan)
§  Where (dimana)

            Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menjadi motivator pendorong untuk bergerak dan mampu menggerakan suatu organisasi.[5]














BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Contoh Kasus Komusikasi di Perusahaan PT Golden Castle
            PT Golden Castle bergeraka dalam bidang konveksi atau textile, mengalami konflik antara perusahaan dengan karyawan. Konflik ini terjadi disebabkan oleh adanya miss communication antar atasan dengan karyawan. Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan, namun pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan, namun tindakan ini berujung pada PHK besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan.
3.2   Saran dalam Penyelesaian dalam Kasus Perusahaan Tersebut
            Seharusnya atasan harus bisa membaca pikiran atau keinginan para karyawan, atasan juga harus sering berkomunikasi langsung dengan para karyawannya sehingga tidak terjadi miss communication, dengan begitu atasan dapat mengatahui bagaimana sifat dan keinginan para karyawan tersebut. Dalam mengubah kebijakan mengenai perhitungan gaji atau upah kerja karyawan seharusnya ikut dibicarakan dengan para karyawan, karena perubahan kebijakan dalam suatu perusahaan harus segera diberitahukan kepada pihak yang bersangkutan termasuk para karyawan juga, apalagi mengenai gaji.[6]






BAB IV
PENUTUP


Simpulan
            Actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Fungsi dan peranan actuating yakni pertama, melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing) dan komunikasi (communication); kedua, upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian. Pengaplikasian actuating dalam pendidikan adalah pengarahan dan pemotivasian seluruh personil pada setiap kegiatan pendidikan di sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya. Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. 
Saran
1.          Semua guru sebagai anggota organisasi di sekolah sebaiknya mampu memaksimalkan tugasnya dalam berpartisipasi mewujudkan manajemen sekolah yang sesuai dengan cita-cita organisasi sekolah seutuhnya. 
2.          Siswa sebaiknya lebih konsisten dan bertanggung jawab dalam tugas/kewajibannya sebagai pelajar agar dapat membantu mewujudkan tujuan organisasi sekolah. 
3.          Pemerintah sebaiknya berpartisipasi untuk mewujudkan tujuan manajemen pendidikan seutuhnya baik itu berupa materil maupun nonmateril. 



DAFTAR PUSTAKA




[1] http://joemarnioye.blogspot.co.id/2013/02/makalah-fungsi-manajemen-actuating.html
[2] https://datakata.wordpress.com/2014/01/17/dasar-dasar-manajemen-fungsi-penggerakan-actuiting/
[3] https://datakata.wordpress.com/2014/01/17/dasar-dasar-manajemen-fungsi-penggerakan-actuiting/
[4] http://joemarnioye.blogspot.co.id/2013/02/makalah-fungsi-manajemen-actuating.html
[5] https://datakata.wordpress.com/2014/01/17/dasar-dasar-manajemen-fungsi-penggerakan-actuiting/
[6]http://alphiandaushemawan.blogspot.in/2015/10/contoh-kasus-dalam-perusahaan.html

1 comment:

fungsi pengerakan

MAKALAH FUNGSI PENGGERAKAN PERMASALAH KOMUSIKASI DI PERUSAHAAN PT GOLDEN CASTLE MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN Ashri Hidayati S...